Rabu, 12 Juli 2017

Membuat Teh Kompos Cacing

Didalam sistem akuaponik yang baru berjalan belum terdapat unsur hara yang kompleks yang dapat digunakan oleh tanaman. Tanaman cenderung memanfaatkan nitrogen dalam bentuk yang tidak mudah diserap bagi pertumbuhannya. Sehingga dalam fase tersebut tanaman akan mengalami kekurangan nutrisi. Meskipun masih belum terdapat cukup unsur hara, akan tetapi tanaman lebih baik ditanam terlebih dahulu bersamaan dengan proses start cycling. Hal ini dimaksudkan agar tanaman terlebih dahulu membangun sistem perakaran dengan baik sehingga kondisi lingkungan akuaponik terbentuk pula dengan sempurna.


Minggu, 09 Juli 2017

Manajemen Nutrisi Tanaman Akuaponik

Banyak sekali yang masih belum mengerti atau mengira bahwa limbah ikan/kotoran ikan dapat menjadi satu-satunya dasar nutrisi hidroponik yang lengkap. Didalam sistem akuaponik, tidak hanya bisa ditanam tumbuhan saja, namun sistem akuaponik yang telah matang bisa menumbuhkan banyak sekali tanaman lebih baik daripada yang bisa ditanam secara hidroponik. Kunci kesuksesan yang menakjubkan tersebut terletak pada tiga faktor penting yaitu :
- Bio filter yang sehat
- Tingkat pH dalam kisaran yang tepat
- Pakan ikan berkualitas tinggi


Peran Bio Filter Didalam Akuaponik 

Bio Filter berfungsi sebagai tempat produksi nutrisi mineral yang segera tersedia untuk tanaman. Didalam bio filter, limbah ikan sebagai dasar nutrisi harus dirubah/dikonversi menjadi zat nutrisi yang mudah diserap oleh tanaman. Konversi ini dilakukan oleh bakteri nitrifikasi dan heterotrofik. Lebih ideal lagi, apabila metode tanam sistem akuaponik yang digunakan berbasis media, cacing merah (lumbricus rubellus) dapat dimasukkan ke dalam bak-bak tanam berbasis media tersebut. Cacing merah akan mengkomposkan bahan-bahan organik yang masuk kedalamnya. Koloni bakteri, koloni cacing merah dan media tanam yang berfungsi sebagai rumah bagi bakteri dan cacing tersebut, membentuk apa yang biasa disebut sebagai "bio filter". Bio filter didalam sistem akuaponik ibarat karburator pada mobil yang mengambil bahan bakar dan menjadikannya sumber energi yang tersedia untuk menghidupkan mesin.
Membentuk bio filter dimulai saat amonia pertama kali ditambahkan pada sistem, baik dengan ikan ataupun secara sintetis seperti yang telah dijelaskan pada artikel mengenai "start cycling". Start cycling dianggap telah selesai apabila terdapat cukup koloni bakteri yang dapat merubah semua amonia menjadi nitrit, nitrit menjadi nitrat dan kadar amonia dan nitrit menjadi nol (0).
Akan tetapi perlu diingat, bahkan setelah proses start cycling dianggap selesai dan bio filter berfungsi, tanaman kemungkinan masih belum mendapatkan cukup nutrisi. Hal ini kemungkinan bio filter masih memerlukan kematangan yang maksimal dari waktu ke waktu dan agar menjadi semakin efisien dalam mengubah limbah ikan menjadi makanan/nutrisi yang kompleks bagi tanaman.
Dalam tiga bulan pertama berjalannya sistem akuaponik, hanya bisa ditanam tanaman yang membutuhkan nutrisi tingkat rendah seperti selada hijau, kangkung dan bayam. Setelah bio filter berumur enam bulan, karburator pada sistem akuaponik akan berjalan dengan kecepatan penuh dan membuat berbagai nutrisi yang tersedia untuk tanaman. Pada tahap ini, tanaman besar seperti tomat, mentimun, okra, terong, paprika, tomat, melon dan lain-lain dapat tumbuh dengan baik.

Peran Kunci pH

Sama halnya dengan sistem hidroponik atau sistem/metode tanam apapun, pH memainkan peran kunci dalam kemampuan tanaman untuk mengambil nutrisi. Didalam sistem akuaponik, sebenarnya tidak terdapat kekurangan nutrisi sama sekali. Disebut "kekurangan nutrisi" pada akuaponik hanyalah apabila kisaran pH berada jauh dari nilai yang dibutuhkan oleh sistem, sehingga tanaman akan kesulitan menyerap larutan nutrisi yang disediakan oleh sistem. Kisaran nilai pH yang baik didalam sistem akuaponik adalah pH 6.0 sampai pH 7.0. Didalam kisaran tersebut, tanaman akan memiliki kesempatan terbaik untuk menyerap semua nutrisi yang dibutuhkannya.
Kebutuhan pH setiap komponen penting akuaponik memiliki nilai yang berbeda. Ikan dan bakteri pengurai lebih menyukai pH pada kisaran 7.0-8.0 dan tanaman menyukai pH pada nilai 6.0-6.8. Oleh karena itu harus terdapat kompromi nilai pH untuk tanaman, ikan dan bakteri pengurai tersebut, maka nilai pH yang baik untuk sistem akuaponik adalah berada pada kisaran 6,8-7.0. Apabila sistem akuaponik memiliki nilai pH pada kisaran tersebut dan dapat mempertahankannya, maka akuaponik akan berjalan dengan baik dan berkesinambungan.

Nilai pH didalam sistem akuaponik dapat tinggi atau rendah karena beberapa sebab antara lain :

- Akuaponik baru berjalan, masih belum terbentuk koloni bakteri yang cukup, sehingga kadar amonia masih tinggi yang dapat menyebabkan air bersifat asam
- Penggunaan air yang memiliki pH tinggi
- Penggunaan media tanam yang tidak memiliki pH netral (inert), seperti batu kerikil yang mengandung kalsium karbonat, sehingga dapat menyebabkan pH air menjadi tinggi.
Penyesuaian pH air harus dilakukan apabila terjadi fluktuasi pH yang tidak terkendali. Penyesuaian nilai pH harus dilakukan perlahan. Perubahan tingkat pH yang cepat sangat menekan ikan dan akan jauh lebih bermasalah daripada nilai pH sebelumnya yang berada diluar jangkauan. Target merubah nilai pH adalah 0,2 per hari sampai diperoleh nilai pH yang dikehendaki (pH 6,8-7,0).

Cara menyesuaikan nilai pH sistem akuaponik adalah sebagai berikut :
- Apabila pH sistem memiliki nilai diatas 7,0 (basa), cara yang paling aman menurunkan nilai pH dapat dilakukan dengan memberikan cairan "pH Down". pH down dapat dibeli ditoko-toko perikanan atau toko-toko hidroponik. Dapat juga diberi cairan yang bersifat asam seperti H2SO4 (asam sulfat/air accu zuur). Hindari penggunaan asam sitrat karena bersifat anti bakteri.
- Apabila pH sistem memiliki nilai dibawah 6.0 (asam), cara terbaik adalah dengan memberikan kalsium hidroksida (CaOH) atau kalium hidroksida (KOH). Kedua unsur tersebut memiliki manfaat yang baik bagi tumbuhan, karena tumbuhan juga memerlukan kalium/potassium dan kalsium bagi pertumbuhannya dalam tingkat yang diperlukan. Dapat juga menggunakan cairan "pH Up" yang dapat dibeli di toko-toko perikanan/pertanian maupun toko-toko hidroponik. Dan dapat juga menggunakan cangkang telur, kerang, siput yang dihancurkan untuk meningkatkan pH secara alami. Akan tetapi cangkang harus direbus terlebih dahulu untuk mencegah adanya bakteri yang tidak diinginkan masuk kedalam sistem. Juga lebih baik, cangkang dibungkus dengan jaring nilon agar mudah mengambilnya lagi apabila terjadi peningkatan pH yang terlalu tinggi.

Gunakan Pakan Ikan Berkualitas Tinggi

Sebaiknya pakan ikan yang diberikan memiliki kualitas tinggi. Pakan ikan yang disarankan adalah yang memiliki kadar protein tinggi (25-32%) dan lebih baik adalah produk buatan pabrik yang sudah terkenal. Hal ini dimaksudkan agar pakan ikan yang diberikan tidak hanya dapat membantu kesehatan ikan, akan tetapi pakan ikan yang diberikan adalah juga sebagai nutrisi dasar tanaman sehingga akan jauh lebih baik untuk memastikan bahwa tanaman mendapatkan semua nutrisi yang dibutuhkannya.

Jadi Apakah Yang Perlu Dilengkapi Dan Diperhatikan Didalam Sistem Akuaponik?

Sistem akuaponik tidak perlu suplemen atau jarang sekali diberikan suplemen tambahan. Sebenarnya menambahkan suplemen dapat membahayakan kehidupan ikan dan organisme menguntungkan lainnya didalam sistem akuaponik. Karena akuaponik adalah ekosistem alami, hal terbaik yang dapat dilakukan adalah membuat sistem terpasang dengan baik, mengelola pH, kadar oksigen, menjaga suhu air yang optimal, memberi makan ikan sesuai aturan yang tepat dan kemudian membiarkan berjalan dengan sendirinya.
Kemungkinan terlihat adanya kekurangan nutrisi pada sistem akuaponik adalah pada enam bulan pertama saat membangun bio filter. Cara mengatasi sementara adalah dengan menggunakan pupuk organik buatan pabrik. Pupuk yang disarankan adalah "pupuk organik yang mengandung ekstrak rumput laut" atau menggunakan pupuk buatan sendiri yang biasa disebut dengan "pupuk teh kompos cacing". Penggunaan pupuk-pupuk tersebut adalah dengan disemprotkan pada daun dan batang tanaman sebelum matahari terbit atau menjelang matahari terbenam. Pupuk-pupuk tersebut mengandung sejumlah mikronutrien untuk membantu tanaman terbentuk sebelum bio filter sepenuhnya bekerja. Pupuk organik yang mengandung ekstrak rumput laut dapat dibeli di toko-toko pertanian maupun melalui internet. Mengenai pembuatan pupuk teh kompos cacing akan dijelaskan pada artikel berikutnya.
Kekurangan nutrisi berikutnya yang kadang terjadi adalah zat besi. Penyerapan zat besi sangat sensitif terhadap pH. Penyerapan zat besi oleh tanaman dapat terganggu ketika pH air tinggi (basa), baik pada fase pembentukan bio filter maupun setelahnya. Ciri-ciri tanaman kekurangan zat besi pada umumnya adalah daun terlihat menguning. Untuk mengatasinya perlu diberikan zat besi dalam bentuk kelat (chelated iron). Zat besi (chelated iron) dapat dibeli di toko-toko hidroponik maupun melalui internet. Akan tetapi, apabila nilai pH dapat terjaga pada kisaran yang optimal (6,8-7,0), maka kekurangan zat besi akan sangat jarang terjadi bahkan tidak terjadi sama sekali. Penggunaan zat besi pada sistem akuaponik tidak berbahaya bagi ikan.

Akuaponik adalah suatu sistem yang mengadopsi sistem ekologi alam. Maka dari itu tidak semestinya ada campur tangan manusia yang begitu dominan selayaknya diktator. Diharapkan manusia hanyalah sebagai konduktor proses alamiah didalam sistem akuaponik.

Selamat Belajar.... Semoga Bermanfaat.... Salam

Kamis, 11 Mei 2017

Cara Menyemai Benih Tanaman Akuaponik

Bibit tanaman yang akan di tanam di dalam sistem akuaponik dapat dibeli di sentra-sentra penyemaian benih sayuran/tumbuhan atau dapat menyemai sendiri. Apabila berkeinginan untuk menyemai benih tanaman sendiri berikut ini adalah cara menyemai benih sayuran/tumbuh-tumbuhan yang akan dibudidayakan didalam sistem akuaponik :

Cara Menyemai Benih Tanaman Akuaponik

a. Menyiapkan Bibit/Benih Tanaman Akuaponik

Pemilihan benih yang tepat menjadi hal yang sangat penting, karena sangat erat hubungannya dengan kualitas tanaman yang akan dibudidayakan. Oleh karena itu harus teliti dalam hal memilih benih. Belilah benih di toko-toko pertanian yang terpercaya, biasanya toko tersebut ramai dikunjungi konsumen. Perhatikan kemasan benih, umumnya standar kemasan terbuat dari bahan aluminium foil. Telitilah tanggal kadaluarsa pada kemasan benih.

b. Penyiapan Media Tanam

Media tanam dapat berupa tanah subur yang sudah dicampur dengan pupuk kandang dan sekam padi/pasir dengan perbandingan 2:1:1

c. Wadah Persemaian

Tempat persemaian dapat memakai pot plastik atau tray pot khusus untuk menyemai benih, baki plastik, besek dan lain-lain. Banyaknya tempat persemaian tergantung dari banyaknya benih yang akan kita semai.

d. Tempat Persemaian

Tempat persemaian hendaknya bisa mendapatkan sinar matahari, tetapi tidak secara langsung dan juga tidak terkena hujan secara langsung. Bila perlu tempat persemaian diberi naungan berupa plastik ultra violet atau paranet.

Langkah Kerja Proses Penyemaian Benih Sayuran

1. Rendamlah benih dengan air dalam wadah beberapa saat. Pilih benih yang tenggelam di dalam air. Benih yang mengambang sebaiknya tidak dipakai/dibuang, karena benih yang tidak tenggelam memiliki kualitas yang kurang baik. Untuk jenis benih yang tidak mudah berkecambah seperti terong, cabai, paprika dan strawberi rendam dengan air hangat kuku selama 3 jam.

2. Tiriskan benih yang telah direndam di atas kertas bekas/kertas koran.

3. Isi wadah penyemaian dengan media tanam sebanyak 2/3 bagian. Lubangi media tanam dengan kedalaman secukupnya. Lubang dapat dibuat dengan menekan media tanam menggunakan ujung jari sedalam 0,5 cm. Isikan 2 sampai 3 biji benih kedalam masing-masing lubang. Taburi benih-benih yang disemai tersebut dengan media tanam atau tanah tipis-tipis saja. Siram dengan air sampai media terlihat basah. Penyiraman dilakukan dengan hati-hati dan perlahan agar benih tidak acak-acakan.

4. Tutuplah wadah penyemaian benih tersebut dengan plastik mulsa warna hitam atau dapat menggunakan plastik kantongan warna hitam. Tujuannya adalah agar kelembaban media tanam terjaga. Selama ditutup, benih tidak perlu disiram.

5. Benih biasanya akan berkecambah pada hari ke 3 sejak disemai. Bila sudah terlihat benih berkecambah, segera pindahkan ketempat yang terdapat sinar matahari pagi. Benih-benih muda harus dijemur pada pagi hari kurang lebih 2 jam, lalu tempatkan di
bawah naungan agar tidak terkena sinar matahari langsung. Siram setiap hari pagi dan sore hari. Sebaiknya menggunakan sprayer agar benih tidak acak-acakan.

6. Bila benih sudah menampakkan daun sebanyak 3 sampai 4 lembar (kira-kira umur 7-10 hari), maka benih dapat dipindahkan ketempat pembesaran di dalam sistem akuaponik.

Cara Menanam Bibit/Benih Sayuran Kedalam Media Tanam Akuaponik

Cabut bibit sayur dari media penyemaian dengan hati-hati. Rendam akarnya dengan air, agar bersih dan bebas dari tanah. Tanam bibit dengan setengah akar terendam air pada pot-pot/media tanam akuaponik.
Untuk bibit sawi hijau, sawi daging dan bayam isi lubang tanam dengan 2 bibit. Untuk bibit kangkung, isi lubang tanam dengan 3 bibit. Dan untuk sayuran buah dan buah-buahan seperti tomat, paprika, mentimun, melon dan strawberry isi lubang tanam dengan 1 bibit. Pot atau bak tanam untuk sayuran buah dan buah-buahan sebaiknya besar/luas, karena tumbuhan tersebut lebih besar daripada tanaman sayuran daun.

Rabu, 10 Mei 2017

Media Tanam Apa Yang Baik Untuk Akuaponik?

Penggunaan media tanam di dalam sistem akuaponik adalah salah satu cara berkebun yang berbeda dari sistem berkebun secara tradisional konvensional. Kondisi media dari sistem akuaponik mengadopsi sifat yang sama dengan yang ditemukan di tanah, oleh karena itu media di dalam sistem akuaponik memiliki kemampuan sebagai pengganti media tanah.
Ada beberapa jenis media tanam untuk sistem akuaponik dimana masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.

Media Tanam Apa Yang Baik Untuk Akuaponik?

Berikut beberapa jenis media tanam yang paling sering digunakan di dalam sistem akuaponik :

Expanded Clay (Hydroton), dibuat dari tanah liat dibentuk bulat dan dibakar dengan suhu rendah. Memiliki pH netral dan mudah ditangani, namun cukup mahal.

Batu/Kerikil Sungai, banyak terdapat di sungai-sungai. Batu sungai berat tetapi mudah ditangani, relatif murah. Memilih batu sungai harus hati-hati, karena kemungkinan mengandung batu kapur yang secara bertahap akan meningkatkan kadar pH air dari waktu ke waktu.

Pecahan Batu Sungai, banyak dijual di toko-toko bangunan atau pabrik pemecah batu (stone crush), biasanya dipakai untuk campuran adonan tembok beton. Murah tetapi berat dan memiliki pH yang sama dengan batu kerikil sungai. Pecahan batu sungai memiliki sudut-sudut yang tajam, sehingga sulit ditangani dan dapat mempengaruhi akar tanaman.

Hydrogel, media sintetis yang sangat mahal dibanding dengan media tanam lainnya. Media hydrogel sangat ringan dan cenderung mengambang. Mudah ditangani dan pH netral.

Pecahan Genting Tanah Liat, relatif murah tetapi cukup berat, cukup tajam dan agak sulit ditangani. Pecahan genting tanah liat dapat tergerus air dari waktu ke waktu, sehingga potensial dapat menyumbat aliran air pada sistem akuaponik.

Pecahan Batu-Bata Tanah Liat, murah, mudah didapat, cukup ringan, tetapi mudah pecah dan tergerus air sehingga dapat menyumbat aliran air sistem akuaponik.

Selain media-media tersebut diatas, dapat digunakan Media Organik seperti arang kayu, sekam dan lain-lain. Media organik relatif murah, ringan dan mudah ditangani. Akan tetapi media organik mudah rusak/lapuk sehingga pada akhirnya dapat menyumbat sistem. Mudah terdekomposisi, sehingga dapat menyebabkan kadar pH dan nutrisi berfluktuasi di luar kendali dan zat tanin yang terkandung di dalam media organik menyebabkan air menjadi berwarna kecoklatan, sehingga ikan sulit terlihat dan pertumbuhan tanaman dapat terganggu. Apabila terpaksa harus menggunakan media organik, maka harus dibersihkan dahulu berkali-kali dan dikeringkan agar zat tanin menjadi berkurang atau tidak ada sama sekali.

Berikut adalah sifat-sifat yang harus dimiliki oleh media tanam untuk mempertahankan sistem akuaponik berjalan secara efektif.

- Tidak mudah terurai atau terdekomposisi, sehingga pH dan nutrisi di dalam sistem akuaponik tidak mengalami fluktuasi diluar kendali.

- Tidak menyebabkan perubahan pada tingkat pH air, media tanam tidak boleh menghasilkan zat apapun yang dapat merubah pH air baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Kebanyakan batu sungai dan batuan lava memiliki pH netral. Batu marmer, batu gamping dan batu karang laut memiliki kecenderungan merubah pH air menjadi tinggi (basa). Tanaman akan sulit menyerap nutrisi dalam air yang memiliki kadar pH tinggi.

- Harus berukuran tepat, jika media tanam terlalu kecil akan mudah tersumbat oleh limbah padat dari ikan dan pada akhirnya akan mencegah sirkulasi udara dan air yang baik untuk zona akar tanaman. Media tanam yang terlalu besar menyebabkan sistem perakaran tanaman tidak terbangun dengan baik karena adanya rongga-rongga udara yang besar. Idealnya, media tanam memiliki diameter 12-18 mm.

Selain itu, media tanam yang memiliki porositas yang besar sangat baik dipakai sebagai media tanam di dalam sistem akuaponik, karena dapat menahan udara dan air dengan lebih baik dan berat lebih ringan. Dan media tanam yang memiliki porositas tinggi memungkinkan area permukaan lebih banyak bagi pertumbuhan koloni bakteri menguntungkan, sehingga dapat menghasilkan sistem produksi yang lebih tinggi pula.

Sangat tidak disarankan penggunaan media tanam yang salah terutama yang dapat menyebabkan tingkat pH sistem akuaponik menjadi tidak terkendali. Jika menggunakan kerikil, maka harus tahu sumbernya dan hindari menggunakan batuan yang mengandung kapur (kalsium karbonat) dan batu marmer.

Jika biaya bukan masalah besar, maka media tanam sintetis menjadi pilihan ideal karena ringan yang berarti lebih sedikit tekanan pada tempat media tanam akuaponik dan memiliki sifat ideal terhadap efektifitas pertumbuhan tanaman. Pilihan lainnya adalah hydroton meskipun masih bukan yang termurah.
Dan yang termurah adalah kerikil sungai maupun pecahan batu sungai, cukup efektif bagi pertumbuhan tanaman dan inert (tidak mempengaruhi pH air).

Ikan Dan Tanaman Untuk Akuaponik

Ikan dan tanaman yang dipilih untuk sistem akuaponik haruslah memiliki kebutuhan yang sama terhadap suhu dan pH air. Meskipun ada kompromi mengenai kebutuhan suhu dan pH air ikan dan tanaman, semakin dekat nilai suhu dan pH air keduanya, maka semakin sukses sistem akuaponik yang dijalankan. Aturan yang umum misalnya, air akuaponik yang hangat dan segar lebih cocok dengan ikan nila, gurame dan sejenisnya dan tanaman adalah selada (lettuce), kangkung, bayam dan jenis tanaman rempah seperti mint, kemangi, basil dan sejenisnya. Di dalam sistem akuaponik dengan kepadatan tebar ikan yang tinggi, tanaman yang cocok adalah tanaman buah seperti tomat, paprika, terong, lombok, mentimun dan sebagainya.

ikan dan tanaman untuk akuaponik

Ikan yang juga baik dibudidayakan di dalam sistem akuaponik dengan hasil yang baik adalah : nila, mujair,  gurame, koi, ikan mas dan berbagai ikan hias seperti tetra, gupi, moli, komet, ikan kupu-kupu dan sebagainya. Dan juga ikan lainnya yang dibudidayakan di dalam sistem akuaponik dengan hasil cukup baik adalah : karper, kakap putih (barramundi), tombro perak dan emas, lele, bawal, patin dan ikan bass.

Berbagai jenis tanaman yang baik dibudidayakan di dalam sistem akuaponik adalah : selada (lettuce), pak coi (sawi daging), kubis, kemangi, mint, selada air, kangkung, sawi, bayam dan lain-lain tanaman sayur berdaun hijau.

Tanaman yang memiliki kebutuhan nutrisi lebih tinggi dan hanya akan berhasil di dalam sistem akuaponik dengan kepadatan tebar ikan yang tinggi sampai sangat tinggi dan sudah matang adalah : tomat, paprika, mentimun, kacang polong, labu, brokoli, kembang kol, kubis, terong lombok, melon, strawberi dan lain-lain.
Hampir semua jenis tanaman dapat tumbuh di dalam sistem akuaponik, bahkan tanaman seperti pisang, jeruk lemon, limau, delima, jagung manis, lobak, wortel, pepaya, bawang dan anggrek

Minggu, 07 Mei 2017

Start Cycling (Bagaimana Seharusnya?)

Bakteri adalah keajaiban yang memproses limbah ikan di dalam sistem akuaponik dimana pada mulanya tidak dapat digunakan menjadi pupuk tanaman yang hampir sempurna. Dari manakah bakteri berada?. Bakteri ada dimana-mana, didalam air, tanah, udara dan lain sebagainya. Pembentukan koloni bakteri di dalam akuaponik sangat penting, yaitu diperlukan untuk menguraikan bahan-bahan organik seperti kotoran ikan, urine ikan dan bahan organik lainnya. Pada mulanya kotoran ikan dan bahan-bahan organik lainnya mengandung amonia yang beracun bagi lingkungan akuaponik. Disinilah peran bakteri untuk menguraikan amonia menjadi zat yang tidak berbahaya yang biasa disebut dengan nitrat. Disamping sudah tidak berbahaya, nitrat sangat diperlukan oleh tumbuhan sebagai nutrisi bagi pertumbuhannya. Tahapan ini sering disebut sebagai "siklus nitrogen". Untuk lebih jelasnya, siklus nitrogen dapat dibaca kembali pada artikel sebelumnya "Siklus Nitrogen Pada Sistem Akuaponik". 
 
start cycling (bagaimana seharusnya?)

Pada saat permulaan menjalankan sistem akuaponik, perlu dibentuk terlebih dahulu koloni bakteri. Proses pembentukan koloni bakteri yang menguntungkan di dalam sistem akuaponik disebut sebagai "start cycling".
Apakah start cycling?. Start cycling adalah permulaan adanya amonia didalam sistem akuaponik, pada umumnya berasal dari kotoran ikan sewaktu pertama kali ikan dimasukkan ke dalam sistem akuaponik atau ditambahkannya unsur amonia kedalam sistem akuaponik. Amonia sangat beracun bagi ikan, kecuali diubah menjadi bentuk nitrogen. Nitrogen yang terkandung didalam amonia tidak mudah begitu saja dikonsumsi oleh tanaman. Seberapa tinggi tingkat amonia yang masuk ke dalam sistem akuaponik, tanaman tidak akan mendapatkan banyak nutrisi darinya.
Kehadiran amonia di dalam sistem akuaponik pada saat start cycling menarik bakteri pengurai pertama yang disebut "nitrosomonas". Nitrosomonas merubah/menguraikan amonia menjadi nitrit (NO2). Ini adalah langkah penting di dalam start cycling, namun nitrit masih beracun bagi lingkungan akuaponik, bahkan dibandingkan dengan amonia!. Akan tetapi, pada proses selanjutnya nitri akan membuat bakteri lain (bakteri kedua) tertarik. Bakteri kedua tersebut adalah nitrospira (nitrobacter) yang akan menguraikan nitrit menjadi nitrat sehingga tidak berbahaya bagi lingkungan akuaponik dan nitrat sangat baik bagi tanaman sebagai sumber nutrisi.
Setelah nitrat terdeteksi di dalam air dan konsentrasi amonia dan nitrit menjadi 0,5 ppm (sepersejuta) atau lebih rendah, maka sistem akuaponik akan terawat penuh dan akuaponik akan berjalan dengan baik.
 Berikut adalah cara-cara start cycling di dalam sistem akuaponik :

1. Dengan Sedikit Ikan

 Amonia (NH3) adalah katalisator yang memulai proses start cycling. Dengan adanya ikan di dalam tangki ikan, maka akan ada limbah ikan yang mengandung amonia setelah ikan diberi pakan. Amonia dari limbah ikan akan menarik bakteri pengurai yang berada di jantung akuaponik. Hanya saja ikan pertama kali dimasukkan sebaiknya dalam jumlah sedikit karena koloni bakteri belum terbentuk sempurna, sehingga kehadiran amonia tidak terlalu banyak. Ini adalah memulai proses start cycling dengan prinsip kehati-hatian. Apabila jumlah ikan terlalu banyak, maka terjadi over load limbah ikan dimana kadar amonia menjadi sangat tinggi pula. Di dalam kondisi seperti ini koloni bakteri yang belum terbentuk sempurna tidak mampu untuk menghabiskan/mengkonsumsi amonia, sehingga amonia dalam jumlah banyak tersebut akan meracuni ikan itu sendiri. Aturan yang tepat adalah 1 ekor ikan setiap 20-40 liter air. Ikan dapat dipilih/dibeli yang paling murah agar bila terjadi kematian pada ikan tersebut tidak terlalu mengeluarkan biaya yang banyak. Jangan memberi pakan ikan terlalu banyak, hanya satu kali sehari dalam jumlah sedikit. Penambahan ikan dapat dilakukan setelah akuaponik berjalan selama 1-1,5 bulan sampai pada kepadatan tebar maksimum. Disarankan menggunakan test kit amonia dan nitrit selama proses start cycling sampai selesai (1,5 bulan).

2. Tanpa Ikan

 Berikut adalah metode start cycling tanpa menggunakan ikan.
- Menambahkan Urine
Urine mengandung urea, dan urea terurai menjadi amonia. Setelah terdapat amonia di dalam sistem maka terdapat pula makanan bagi populasi bakteri menguntungkan. Urine yang digunakan dapat berasal dari hewan seperti kelinci, kambing sapi dan lain-lain. Sebaiknya urine di angin-anginkan di tempat terbuka selama satu minggu sebelum menambahkannya ke dalam sistem akuaponik. Populasi bakteri menguntungkan akan terbentuk selama 1-3 minggu.
- Menambahkan Pupuk Urea
 Metode lainnya untuk menambahkan sumber amonia untuk membantu membangun bakteri menguntungkan adalah dengan menggunakan pupuk urea yang umumnya terdapat di toko-toko pertanian. Namun penambahan pupuk urea harus dilakukan dengan hati-hati. Pengujian air menggunakan test kit lebih dianjurkan.
 - Hewan Mati
Dengan memasukkan hewan mati ke dalam sistem akuaponik mendorong adanya amonia sebagai sumber makanan bagi bakteri menguntungkan. Ikan dan udang mati dapat dimasukkan ke dalam sistem akuaponik untuk start cycling.
- Pakan Ikan
Pakan ikan yang dimasukkan ke dalam sistem akuaponik (ke dalam tangki ikan) akan mengendap di dasar tangki ikan dan berubah menjadi amonia sebagai sumber makanan bakteri menguntungkan.

Bagaimana Mulai Menambahkan Tanaman Di Dalam Sistem Akuaponik Yang Baru Berjalan?
Penambahan tanaman perlu dilakukan segera saat akuaponik mulai berjalan (start cycling). Tanaman dapat berasala dari proses pembibitan maupun membeli bibit yang sudah jadi. Mengenai proses pembibitan tanaman akan dijelaskan pada artikel selanjutnya.
Tanaman akan mengambil nitrogen dalam semua tahap proses start cycling pada tingkat yang bervariasi mulai dari amonia, nitrit dan nitrat. Tetapi tanaman lebih sempurna dalam mengambil nutrisi pada saat proses cycling selesai dan bakteri terbentuk sepenuhnya, karena nutrisi lebih banyak tersedia pada tahap ini.
Pada saat tanaman pertamakali ditransplantasikan, tanaman fokus membangun sistem perakaran di lingkungan barunya. Pada awalnya kemungkinan tanaman akan stres yang ditandai dengan menguningnya daun tanaman dan/atau daun-daun yang terlepas dan tidak terdapat pertumbuhan baru selama beberapa minggu. Akan tetapi penambahan tanaman sesegera mungkin ke dalam sistem akuaponik yang baru berjalan memungkinkan tanaman menjalani proses perakaran sejak dini dan mempersiapkannnya untuk menyerap limbah ikan berbasis nitrogen dari sistem akuaponik sesegera mungkin.
Disarankan untuk menggunakan pupuk tambahan terlebih dahulu selama tanaman dikenalkan pada saat proses start cycling seperti "teh kompos cacing". Mengenai pembuatan teh kompos cacing akan dijelaskan pada artikel selanjutnya.

Mempercepat Proses Start Cycling
Memulai mengenalkan amonia pada sistem akuaponik akan menarik bakteri nitrosomonas yang nantinya akan merubah amonia tersebut menjadi nitrit. Nitrit akan menarik bakteri nitrospira (nitrobacter) yang merubah nitrit tersebut menjadi nitrat sehingga tidak berbahaya bagi ikan dan sebagai sumber nutrisi yang sangat baik bagi tanaman. Dua bakteri nitrifikasi tersebut hadir secara alami di lingkungan sekitar, termasuk didalam sistem akuaponik.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa proses start cycling akan memakan waktu empat sampai enam minggu jika dilakukan dengan ikan dan sedikitnya satu minggu sampai tiga minggu jika dilakukan tanpa ikan. Bagaimanakah jika proses start cycling dipercepat secara signifikan?. Proses start cycling sebenarnya dapat dipercepat, yaitu dengan menambahkan bakteri nitrifikasi ke dalam sistem akuaponik.
Cara menambahkan bakteri nitrifikasi kedalam sistem akuaponik yang baru berjalan adalah :
- Menambahkan air, batuan, kerikil dan/atau media filter yang terdapat di kolam-kolam ikan yang sudah lama berjalan/terbentuk.
- Menambahkan bakteri nitrifikasi yang dapat dibeli di toko-toko peternakan. Bakteri tersebut umumnya berbentuk cair maupun serbuk.

Rabu, 19 April 2017

Cara Membuat Bell Siphon

Bell siphon digunakan untuk mengatur aliran air di dalam sistem akuaponik pasang surut maupun sistem hidroponik. Di dalam sistem pasang surut yang juga dikenal dengan istilah "flood & drain" atau "ebb & flow", air yang mengalir melalui bak media tanam mengalami pasang dan surut, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada artikel "Sistem Akuaponik Dengan Bell Siphon". Bell siphon adalah bagian yang sangat penting untuk semua aliran air di dalam sistem akuaponik baik untuk bak media tanam yang berisi tumbuhan, bakteri pengurai dan cacing maupun ikan yang berada pada tangki, karena dengan bell siphon tercipta sirkulasi aliran nutrisi dan udara kaya oksigen yang sangat baik bagi kesehatan sistem.

cara membuat bell siphon

Komponen Bell Siphon


Bahan-Bahan Yang Diperlukan
  - Sock drat 1" PVC luar dan dalam masing-masin satu buah
- Sock PVC 1" satu buah
- Pipa PVC 1" secukupnya
- Pipa PVC 4", potong sepanjang 30 cm
- Pipa PVC 2", potong sepanjang 25 cm
- End cap PVC 2" satu buah
- Selang plastik secukupnya
- Sealant/lem silicon secukupnya
- Lem PVC secukupnya

 Gambar berikut cara membuat bell siphon (klik gambar agar jelas)



 Cara Memasang Pada Bak Media Tanam

 Sediakan bak tanam dari plastik seperti ember, tong plastik dan lain-lain. Lubangi bagian tengah atau bagian manapun sebesar 1". Letakkan pipa pasang di tengah lubang dengan sock drat bagian bawah diberi lem silikon terlebih dahulu. Gabungkan pipa pasang dengan sock drat luar yang terlebih dahulu diberi lem silikon pada bagian bibirnya melalui bagian bawah bak tanam (seperti dalam gambar dibawah). Putar kencang agar tidak ada bagian yang bocor. Maka pipa pasang telah terpasang pada bak tanam.


Tutuplah pipa pasang dengan tabung air surut, seperti terlihat pada gambar dibawah ini. Perlu diperhatikan, bahwa tabung air surut tidak boleh bocor sedikitpun. Lebih disarankan semua sambungan pada tabung air surut diberi lem silikon. 


Tutuplah pipa pasang dan tabung air surut dengan saringan pelindung, seperti terlihat pada gambar dibawah. Lubang-lubang pada saringan pelindung berfungsi untuk memperlancar aliran air. Semakin banyak lubang dibuat, maka semakin memperlancar aliran air.



Gambar dibawah adalah sistem akuaponik dengan bell siphon yang sudah lengkap terpasang bersama komponen-komponen lainnya.

Senin, 17 April 2017

Akuaponik Dengan Bell Siphon

Penggunaan bell siphon bertujuan untuk menguras air bernutrisi di dalam bak media tanam pada sistem akuaponik maupun hidroponik. Pada umumnya bell siphon digunakan pada sistem akuaponik berbasis media seperti yang telah dijelaskan pada artikel sebelumnya. Adanya bell siphon dapat membuat kondisi air/air bernutrisi di dalam bak media tanam mengalami pasang dan surut. Tujuan penggunaan bell siphon adalah mencegah terjadinya pembusukan akar akibat kekurangan oksigen pada bak media tanam apabila akar tanaman terendam sepenuhnya didalam air dengan cara menguras/menyedot air di dalam bak media tanam secara otomatis.
Agar akar tanaman dapat bernafas dengan baik, aerasi sangat diperlukan. Aerasi dapat ditambahkan dengan menggunakan aerator ataupun blower yang digerakkan oleh tenaga listrik. Tentunya akan terdapat tambahan biaya energi listrik. Adanya sebuah bell siphon dapat meringankan beban tersebut. Bell siphon bekerja secara sederhana mengosongkan bak media tanam untuk memberi kesempatan akar tanaman bernafas dengan baik tanpa tambahan energi listrik. Bell siphon bekerja memanfaatkan prinsip-prinsip fisika tekanan atmosfer dan kondisi vakum kedap udara.
Berikut ini gambar/skema sistem akuaponik menggunakan bell siphon :

akuaponik dengan bell siphon

Cara kerja bell siphon adalah, ketika air mengalir memenuhi bak tanam dan air sampai pada titik/bibir "pipa air pasang", maka air akan tersedot dengan kuat mengarah ke tangki ikan karena ada "tabung air surut" yang dibuat kedap udara. Dan setelah air surut sampai pada ujung selang udara maka air akan berhenti tersedot, karena udara masuk melalui lubang ujung selang yang disebut sebagai "batas air surut". Demikian seterusnya berulang-ulang kecuali pompa air dimatikan. Hal ini tentunya akan membuat kondisi lingkungan bak tanam menjadi sangat baik karena terjadi sirkulasi udara dan nutrisi yang terus-menerus. Air yang mengucur ke tangki ikan juga mengandung banyak oksigen karena melalui bebatuan pada yang berada di dalam bak tanam. Sistem akuaponik seperti ini adalah sistem yang paling mudah dan sederhana.
Mengenai bagaimana cara membuat bell siphon akan dijelaskan pada artikel berikutnya.

Di dalam sistem akuaponik yang menggunakan bell siphon terdapat 3 (tiga) zona pada bak media tanam sebagai berikut :


1. Zone Kering (zona permukaan), terdapat pada permukaan bak media setebal 5 cm. Daeraha ini merupakan tempat penetrasi cahaya (sinar matahari).  Zona kering meminimalkan penguapan, mencegah tumbuhnya alga/lumut dan mencegah tumbuhnya jamur maupun bakteri patogen yang dapat menyebabkan tanaman membusuk.
2. Zona Akar, zona akar dibuat sedalam 10-15 cm. Zona akar adalah tempat pertumbuhan akar tanaman dan aktivitas tanaman. Daerah inilah yang mengalami siklus pasang dan surut. Pada saat surut terjadi pengiriman udara kaya oksigen yang sangat efisien ke seluruh zona yang sangat berguna bagi akar tanaman, mikroba, bakteri baik dan cacing kompos. Sedangkan pada saat pasang, air mengirimkan kelembaban, nutrisi dan partikel limbah ikan. Partikel limbah padat dari ikan akan dimakan oleh cacing, sehingga padatan yang masuk pada bak media dapat diminimalisir dan terjadi pengomposan oleh cacing itu sendiri. Hasil dari pengomposan limbah padat oleh cacing menyumbangkan nutrisi dan mineral tambahan pada tumbuhan.
3. Zona Pengumpulan Limbah dan Mineralisasi, zona mineralisasi adalah zona terakhir yang terdapat pada bagian paling bawah dari bak tanam setinggi 5 cm. Didalam zona ini terjadi aktifitas pengumpulan limbah padat ikan dan teh kompos cacing. Pada zona ini air bernutrisi dan teh kompos cacing akan tergenang setinggi 5 cm sebatas saluran udara tempat titik berhentinya air surut pada bell siphon. Ketika air kolam ikan mengucur ke bak tanam, larutan nutrisi pada zona ini tercampur lagi, dan setelah mengalami pengurasan otomatis oleh bell siphon akan tergenang kembali, begitu seterusnya.

(Lihat Cara Membuat Bell Siphon)

Membuat Akuaponik Berbasis Media (2)

Seperti yang telah diketahui pada artikel sebelumnya "Membuat Akuaponik Berbasis Media (1)", bahwa sistem akuaponik tersebut, baik metode aliran air statis maupun pasang surut menggunakan bell siphon adalah yang paling sederhana dan mudah diterapkan daripada ketiga metode tanam lainnya. Maka pada artikel lanjutan kali ini akan dijelaskan dan digambarkan mengenai cara pembuatan akuaponik berbasis media tersebut. Diharapkan dengan gambaran langkah demi langkah tentang pembuatan sistem akuaponik berbasis media, pembaca akan mudah memahami dan mempraktekkannya. Dengan demikian apabila melangkah pada penjelasan tentang metode tanam didalam akuaponik lainnya seperti deep water culture dan nutrient film technique akan mudah memahami dan mempraktekkannya pula.

membuat akuaponik berbasis media 2

Berikut cara pembuatan sistem akuaponik media base sederhana :

1. Menyiapkan Bak Tanam
Siapkan/buatlah bak tanam dari salah satu bahan-bahan seperti : ember plastik, tong/drum plastik atau bak kayu lapis terpal seperti pada gambar berikut.


2. Menyiapkan Tangki Ikan
Untuk lebih mudahnya siapkan tangki ikan dari bahan-bahan yang sama dengan bak tanam seperti tersebut diatas. Misal sebelumnya sudah dipilih bak tanam dari ember plastik kapasitas 60 liter, maka untuk tangki ikan pilihlah juga dari ember plastik dengan kapasitas yang sama sebesar 60 liter. Hal ini sesuai dengan aturan perbandingan ideal tangki ikan dan bak tanam untuk akuaponik sistem media base yang berhubungan dengan keamanan dan kemudahan sistem, yaitu memiliki perbandingan volume yang sama (1:1)
Berikut gambar ember yang dipilih untuk tangki ikan.


3. Membuat Rak/Penyangga Bak Tanam
 Buat rak/penyangga bak tanam dari bahan-bahan seperti : kayu, bambu, besi atau rak batu-bata dan semen. Buatlah konstruksi rak/penyangga yang cukup kuat untuk menyangga bak tanam yang akan diisi penuh dengan kerikil agar tidak ambruk. Buatlah rak penyangga bak tanam sekitar 30-40 cm lebih tinggi dari tangki ikan. Hal ini memudahkan dalam melakukan aktifitas seperti menebar bibit ikan dan memanen ikan, memasang pipa instalasi dan pompa air dan lain sebagainya. Berikut contoh gambar rak penyangga :


4. Menyiapkan Pipa PVC Untuk Instalasi Saluran Air
Siapkan selang plastik 5/8 inchi sepanjang 2 meter
Kabel ties 12 cm sebanyak 4 buah
Pipa PVC 5/8 inchi sepanjang 25 cm
Knee 5/8 inchi 1 buah
Ball valve 0,5 inchi sebanyak 1 buah
Pipa PVC 0,5 inchi 25 cm
Pipa PVC 1,5 inchi setengah lonjor (2 meter)
Sock drat 1,5 inchi luar dalam sebanyak 1 pasang
Lem PVC 1 buah
Lem silicon sealant 1 buah

5. Memasang Komponen Bak Media Tanam Yang Sudah Dipersiapkan
a. Lubangi salah satu sisi ember seluas 1,5 inchi. Titik lubang setinggi 3/4 dari alas bawah ember ke atas.
b. Masukkan sock drat luar PVC 1,5 inchi melalui lubang pada sisi luar ember.
c. Pertemukan sock drat dalam PVC 1,5 inchi dengan sock drat luar melalui sisi dalam ember, beri lem silicon sealant terlebih dahulu pada masing-masing bibir sock drat untuk mencegah kebocoran, putar masing-masing sock drat sesuai ulir memakai tangan dengan arah berlawanan. Putarlah sampai masing-masing sock drat melekat kuat pada dinding ember plastik. Bersihkan lem silicon sealant yang tersisa pada dinding ember.
d. Fitting pipa PVC 1,5 inchi menggunakan lem PVC ke dalam sock drat pada bagian luar dinding ember, Potong pipa PVC dengan menyisakan panjang pipa sebesar 4-5 cm dari bibir sock drat. Masukkan knee 1,5 inchi setelah diberi lem PVC terlebih dahulu kedalam sisa pipa pada sock drat dengan salah satu ujung knee menghadap ke bawah.
e. Letakkan ember yang sudah dipasang sock drat tersebut diatas rak penyangga tepat ditengahnya.
f. Letakkan tangki ikan di bagian bawah rak penyangga tepat ditengahnya diantara kaki-kaki rak penyangga
g. Fitting pipa PVC 1,5 inchi ke dalam knee yang sudah terpasang pada bak tanam yang mengarah ke bawah. Potong pipa PVC tersebut dengan panjang sedikit diatas bibir ember tangki ikan. Pasang knee 1,5 inchi pada pipa tersebut dengan salah satu ujung knee mengarah pada ember tangki ikan.Tambahkan pipa PVC menjorok sedikit ke arah bagian dalam ember tangki ikan dan pasang knee 1,5 inchi dengan salah satu ujung knee mengarah ke dalam ember tangki ikan.
Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut :


h. Siapkan pompa air submersible (pompa akuarium) dengan kapasitas 1000 liter/jam
i. Siapkan selang plastik 5/8 inchi secukupnya untuk instalasi air masuk dari pompa ke dalam bak tanam.
j. Buat sambungan kran untuk pipa inlet (dari pompa air) seperti dalam gambar dibawah :


k. Letakkan sambungan kran inlet pada bibir bak tanam, ikan dengan kabel ties selang seling agar melekat cukup kuat.
l. Masukkan selang 5/8" ke dalam saluran outlet pompa air dengan panjang selang secukupnya sampai pada ujung pipa 5/8" yang berada di sambungan kran, ikat dengan kabel ties.
m. Masukkan ujung selang yang lainnya ke dalam ujung pipa sambungan kran, ikat dengan kabel ties.
Gambar dibawah menunjukkan instalasi dan pemasangan komponen akuaponik yang sudah jadi :


o. Isilah bak tanam dengan kerikil sungai diameter 1-2 cm sampai penuh atau ember bak tanam tersisa 5 cm dari bibir atas ke permukaan kerikil. Penuhi tangki ikan dan bak tanam dengan air. Hidupkan pompa air dan biarkan mengalir selama satu minggu sebelum dimasukkan bibit ikan.
Berikut contoh gambar lengkap akuaponik media base yang telah dibuat :


Dalam menjalankan/memulai sistem akuaponik yang sudah dibuat perlu diperhatikan mengenai aturan-aturan yang benar seperti : kapan ikan mulai dimasukkan dan tumbuhan mulai ditanam?. Proses dalam menjalankan akuaponik yang baru disebut sebagai start cycling. Start cycling perlu diperhatikan agar akuaponik yang baru dibuat berjalan dengan lancar. Mengenai start cycling akan dijelaskan pada artikel berikutnya.

Jumat, 14 April 2017

Membuat Akuaponik Berbasis Media (1)

Akuaponik adalah integrasi dari akuakultur (budidaya ikan) dan hidroponik (budidaya tanaman tanpa media tanah) dalam satu sistem produksi. Sistem akuaponik berbasis media (media beds aquaponics), baik metode aliran air statis maupun pasang surut menggunakan bell siphon adalah yang paling sederhana dan mudah diterapkan daripada ketiga metode tanam yang telah disebutkan pada artikel sebelumnya mengenai "Metode Tanam Di Dalam Akuaponik". Penjelasan berikut ini mengenai komponen-komponen utama dan panduan terperinci untuk membangun sebuah unit akuaponik berbasis media (pada artikel selanjutnya).
Sistem akuaponik berbasis media terdiri dari bak/tempat tumbuhnya tanaman yang penuh dengan media seperti kerikil, clay pebbles, pecahan genting dan lain-lain sebagai lahan tanam hidroponik dan area tangki ikan. Air dialirkan dari tangki ikan ke media tempat tumbuhnya tanaman. Bak/media tempat tumbuh tanaman tersebut berfungsi sebagai filter mekanis untuk menyaring padatan ikan dan sebagai filter biologis tempat bakteri pengurai berkoloni. Bakteri akan menguraikan zat-zat beracun seperti amonia dan nitrit menjadi nitrat. Pada proses selanjutnya, tanaman akan memanfaatkan nitrat sebagai nutrisi bagi pertumbuhannya. Dari keseluruhan proses tersebut akan membuat air yang semula berlimbah menjadi bersih dan dipenuhi oksigen setelah kembali ke tangki ikan.
Berikut ini adalah komponen-komponen yang diperlukan untuk pembuatan akuaponik berbasis media.

1. Bak Media Tempat Tumbuh Tanaman
Bak media dapat dibuat dari bak/ember/tong plastik, fiberglass, bak permanen dari batu-bata dan semen atau bingkai kayu yang diberi alas terpal kedap air. Apapun jenis bak media dapat digunakan selama memenuhi kriteria sebagai berikut :
- Cukup kuat menahan air dan media yang dimasukkan ke dalamnya.
- Tahan cuaca yang ekstrim
- Dibuat dari bahan food grade yang aman untuk ikan, tanaman dan bakteri.
- Mudah dihubungkan dengan komponen lainnya melalui serangkaian pipa aliran air.
- Dapat ditempatkan di dekat komponen lainnya.

Bentuk bak media yang umum adalah persegi panjang dengan lebar 1 meter dan panjang 1-3 meter atau kelipatannya dari ukuran tersebut. Apabila bak media terlalu lebar, kemungkinan limbah padat tidak terdistribusi secara merata dan cenderung menumpuk pada saluran air, sehingga meningkatkan resiko adanya wilayah yang bersifat anaerobik.
Kedalaman bak media perlu diperhatikan, karena berhubungan dengan volume ruang bagi perkembangan akar tanaman dimana dapat menentukan jenis sayuran apakah yang ditanam. Apabila menanam jenis sayuran buah seperti tomat, cabai, terong, mentimun, okra dan lain-lain bak media harus memiliki kedalaman 30 cm. Apabila kurang dari ukuran tersebut, maka akar tanaman tidak memiliki ruang yang leluasa untuk berkembang, bisa kekurangan nutrisi dan kemungkinan akan roboh.

2. Media Yang Digunakan
 Media yang digunakan sebaiknya memiliki luas permukaan yang besar (porous dan kasar), sehingga dapat menyimpan air lebih lama dan memiliki kandungan oksigen yang lebih besar. Media yang porous seperti batu kerikil vulkanik, batu apung, kerikil sungai dan clay pebbles. Batuan porous dan kasar memungkinkan banyak bakteri yang tumbuh dan memudahkan akar tanaman untuk bernafas. Media yang digunakan harus inert (tidak mempengaruhi sifat kimia air seperti tingkat pH), tidak berdebu dan tidak beracun. Sangat penting untuk mencuci media sebelum menempatkannya ke bak media, terutama kerikil vulkanik yang banyak mengandung debu dan partikel-partikel kecil lainnya. Debu dan partikel tersebut dapat menyumbat sistem dan berpotensi membahayakan kesehatan insang ikan.
Disamping media-media tersebut diatas, dapat juga digunakan media organik seperti sabut kelapa, serbuk gergaji yang sudah dipadatkan, gambut, sekam padi dan arang kayu. Media organik relatif murah dibanding media anorganik seperti tersebut diatas, akan tetapi media organik memiliki resiko menjadi beracun, memburuk dari waktu ke waktu dan berpotensi menyumbat sistem.

3. Filtrasi
Media tempat tumbuh tanaman berfungsi sebagai filter yang sangat efisien baik secara mekanis maupun biologis. Akan tetapi apabila media berukuran sangat kecil dibanding kepadatan tebar ikan yang tinggi, maka media tempat tumbuh tanaman dapat tersumbat oleh padatan ikan dan mengarah pada sirkulasi air yang buruk dan daerah anaerob yang bersifat racun. Ketika hal ini terjadi maka media perlu dibersihkan kembali yang tentunya akan memakan waktu bahkan biaya. Pembersihan media kembali dapat mengganggu siklus pertumbuhan tanaman dan secara singkat dapat mengganggu pertumbuhan bakteri pengurai (bakteri nitrifikasi). Untuk menghindari hal tersebut, sebaiknya ukuran bak tanam, tangki ikan, kepadatan tebar ikan, pemberian pakan ikan harus sesuai dengan ukuran standar akuaponik.
Ukuran yang aman dan stabil adalah : tangki ikan memiliki volume yang sama dengan media tempat tumbuh tanaman atau rasio 1:1 dan kepadatan tebar ikan maksimum adalah 17 kg/m3. Apabila tangki ikan memiliki volume air 1000 liter, maka bak media tanam sebaiknya memiliki volume 1000 liter dan kepadatan tebar ikan maksimum pada saat panen adalah 17 kg/m3. Misalnya tangki ikan memiliki luas 100x100x100 cm dengan ketinggian air 90 cm, maka bak media seharusnya memiliki luas 300x100x30 cm, sehingga bak media tanam dan tangki ikan memiliki volume yang sama yaitu 900 liter. Sedangkan kepadatan tebar maksimum sebaiknya 17 kg/m3, maka jumlah/berat total ikan pada masa panen adalah 0,9x17kg = 15,3 kg. Apabila pada masa panen dikehendaki berat masing-masing ikan sebesar 250 gram/ekor, maka bibit ikan yang ditebar pada awalnya adalah sebanyak 15.300 gram : 250 = 61,2 ekor atau berkisar antara 60-62 ekor. Jumlah pakan ikan yang dibutuhkan adalah 40-50 gram/m2 lahan tanam/hari sampai masa panen untuk tanaman sayuran hijau seperti sawi, pak coy, selada (lettuce), bayam kangkung dan lain-lain dan 100-125 gram/m2 lahan tanam/hari sayuran buah seperti tomat, terong, mentimun, melon, okra, paprika dan lain-lain. Lahan tanam per m2 berisi 25-28 sayur hijau dan 5-6 sayuran buah untuk tanaman sayuran buah.
Pakan ikan ideal diberikan sebesar 1-5% dari bobot ikan keseluruhan.
Bila jumlah bibit ikan yang ditebar pada awalnya adalah 62 ekor dengan berat 50 gram, maka pakan yang diperlukan adalah 62x50x4% = 124 gram/hari. Jumlah pakan tersebut ideal diperlukan untuk luas lahan tanam 3 m2 dimana nilai tersebut diperoleh dari 124 gram pakan dibagi jumlah pakan/m2/hari (50 gram) = 3,1 m2 atau dibulatkan menjadi 3 m2 lahan tanam.
Untuk ukuran bak media seperti contoh diatas idealnya berisi sayuran hijau sebanyak 5 sayur melebar ukuran 100 cm dan 15 sayur memanjang ukuran 300 cm, jumlah total sayur 70 sayuran hijau, maka jumlah total lahan sayuran hijau adalah 70:25 = 3 m2.
Berikut adalah gambar dan skema akuaponik berbasis media dengan menggunakan bell siphon dan tanpa bell siphon (aliran air statis).


membuat akuaponik berbasis media 1


Gambar paling atas adalah akuaponik pasang surut berbasis media dengan bell siphon menggunakan "sump tank". Sump tank diperlukan untuk menjaga level air di dalam tangi ikan agar tidak berubah atau menyusut. Sump tank sebaiknya berisi air sebanyak 50 persen dari volume bak tanam, karena untuk mengisi bak tanam terlebih dahulu apabila air di dalam bak tanam mengalami pasang dan berhenti mengalir ke dalam kolam ikan. Volume air pada bak tanam berisi kurang lebih 50% karena terdapat media kerikil yang memenuhi bak tanam tersebut, sehingga diperlukan sump tank dengan kapasitas air 50% dari volume bak tanam. Mengenai sump tank akan dibahas pada artikel selanjutnya.
Pada gambar kedua (bawah) adalah akuaponik pasang surut berbasis media dengan menggunakan bell siphon tanpa sump tank. Kelemahan dari akuaponik tanpa sump tank adalah dapat mempengaruhi kondisi air, terutama fluktuasi tingkat pH dan suhu air. pH dan suhu air dapat meningkat atau menurun secara drastis.
Pada gambar paling bawah adalah contoh bak media tanam aliran air statis tanpa menggunakan bell siphon. Tinggi aliran air dapat dibuat setengah (1/2) atau sepertiga (1/3) dari tinggi bak tanam. Bak tanam tersebut dapat menggantikan bak tanam dengan bell siphon seperti contoh gambar sebelumnya, dimana perbedaan teknisnya hanya pada aliran air saja.
(Bersambung pada artikel "Membuat Akuaponik Berbasis Media (2)").

Kamis, 13 April 2017

Metode Tanam Didalam Akuaponik

Akuaponik adalah suatu sistem budidaya dimana pada saat ini sudah mulai dikenal cukup luas, baik dari segi komersial maupun skala lebih kecil yang umumnya diterapkan oleh kaum urban pada wilayah-wilayah perkotaan. Pelaku akuaponik yang sudah lama menekuni ataupun masyarakat yang baru mengenalnya sangat tertarik untuk mengembangkannya karena akuaponik merupakan sistem yang hanya memerlukan sedikit pengelolaan agar dapat berfungsi dengan baik dan dapat menghasilkan dua jenis produk sekaligus, yaitu tanaman dan ikan.
Akuaponik adalah suatu sistem yang saling berhubungan antara tangki ikan dan tempat/media tumbuh tanaman. Input yang diperlukan hanyalah memberi makan ikan dan cara memompa air di sekitar sistem. Pada dasarnya akuaponik adalah memompa air dari tangki ikan, termasuk kotoran ikan ke tempat/media tumbuhnya tanaman. Tanaman memanfaatkan nutrisi yang berasal dari kotoran ikan di dalam air. Dalam hal ini tanaman juga berfungsi sebagai penyaring air limbah ikan, sehingga air yang kembali ke dalam tangki ikan menjadi cukup bersih.
Di dalam akuaponik penyaluran nutrisi yang diperlukan oleh tanaman berbasis air, dimana nutrisi yang berasal dari limbah/kotoran ikan yang berada di dalam air dialirkan ke tempat/media tumbuh tanaman dan menuju kembali ke dalam tangki ikan (sistem resirkulasi). Oleh karena itu sistem tanam di dalam akuaponik menggunakan sistem hidroponik. Hidroponik adalah sistem tanam berbasis air yang tidak menggunakan media tanah sebagai media tumbuh tanaman. Media tanam yang umum digunakan adalah : batu kerikil, clay pebbles, spons, pecahan genting, arang kayu, perlite, vermiculite, rockwool dan lain-lain selain media yang mudah tergerus oleh air. Mengapa di dalam sistem hidroponik harus menggunakan media tanam seperti yang disebutkan diatas?. Karena hidroponik adalah cara budidaya tanaman yang menggunakan metode resirkulasi. Apabila media tanam yang digunakan adalah media yang mudah tergerus air, maka akan terjadi penyumbatan dan pencemaran pada sistem, sehingga hidroponik akan mengalami kegagalan.
Ada 3 (tiga) metode tanam di dalam sistem akuaponik, sebagai berikut :

Sistem Media Beds
 
 Sistem akuaponik media beds paling mudah diterapkan, bahkan bagi pemula sekalipun. Sistem media beds menggunakan bak tanam berisi penuh kerikil atau media lainnya seperti clay pebbles, pecahan genting/batu bata, arang kayu dan lain-lain. Air dari tangki ikan langsung dipompa menuju bak tanam penuh kerikil sehingga tanaman pada bak tanam dapat mengakses nutrisi dan kemudian air dikembalikan lagi ke tangki ikan. Lebih disarankan menggunakan batu kerikil berpori, seperti batu apung/batu vulkanik agar dapat menahan air lebih lama sehingga penyerapan nutrisi lebih efisien dan oksigen terlarut lebih banyak. Batuan juga berfungsi sebagai penyaring organisme biologis seperti parasit untuk mencegah parasit tersebut kembali ke dalam tangki ikan dan sebagai penyaring padatan ikan. Tanaman mengambil nutrisi dalam bentuk zat terlarut, sehingga setiap padatan ikan tidak akan digunakan dan bila tidak tersaring oleh media, dapat kembali ke dalam tangki ikan.
Aliran air di dalam akuaponik sistem media beds dapat dibuat statis ataupun dibuat pasang dan surut dengan menggunakan alat yang disebut bell siphon. Kelebihan sistem pasang surut adalah : pada saat air pasang, tanaman menyerap nutrisi dan pada saat air surut, tanaman mudah mendapatkan oksigen. Bak tanam yang berisi media kerikil juga berfungsi sebagai filter mekanis maupun biologis, sehingga tidak diperlukan filter tambahan.
Sistem akuaponik media beds umumnya diterapkan di dalam skala kecil baik skala rumah tangga, semi komersial dan sekedar hobby. Penggunaan media tanam kerikil akan membuat biaya permulaan sangat tinggi bila diterapkan pada akuaponik skala komersial yang besar. Berikut adalah skema akuaponik sistem media beds dengan aliran air pasang surut (ebb & flow) dengan menggunakan bell siphon.

metode tanam didalam akuaponik



Nutrient Film Technique

Di dalam sistem nutrient film technique air atau larutan nutrisi dialirkan tipis-tipis (seperti film) melalui pipa-pipa sebagai rak tanam. Biasanya pipa yang digunakan adalah pipa kotak seperti pipa talang PVC berbentuk "U". Air bergerak melalui pipa, memungkinkan akar tanaman mengambil nutrisi dan kembali lagi ke dalam tangki ikan. Sistem akuaponik nutrient film technique memerlukan rangkaian filter yang kompleks untuk mencegah padatan ikan terbawa aliran air melalui pipa-pipa tanaman. Apabila padatan ikan mengalir melalui pipa-pipa tanam tersebut, akar tumbuhan dapat terlapisi oleh padatan ikan sehingga dapat menyebabkan akar tanaman kesulitan menyerap nutrisi dan oksigen di dalam air.
Sistem akuaponik nutrient film technique umumnya diterapkan di dalam akuaponik skala komersial yang besar, karena efisien dalam segi biaya dan penggunaan air. Akan tetapi sistem nutrient film technique hanya dapat digunakan untuk menanam tanaman yang berukuran kecil dan berakar kecil pula seperti sayur-sayuran hijau. Tanaman besar seperti tomat, cabai, terong, mentimun dan lain-lain tidak dapat ditanam karena lubang tanam/rak tanam berukuran kecil. Berbeda dengan sistem media beds dimana bak tanam penuh media tanam berukuran besar dan dalam, sehingga dapat digunakan untuk menanam tumbuhan yang relatif besar maupun kecil. Berikut adalah gambar sistem nutrient film technique.


Sistem Rakit Apung (Deep Water Culture)

 Di dalam sistem rakit apung rak tanam terbuat dari stereofoam yang mengambang pada permukaan air yang kaya nutrisi. Stereofoam diberi lubang untuk meletakkan netpot tempat tanaman. Akar tanaman menonjol dan menggantung di air bernutrisi tersebut.
Didalam akuaponik sistem deep water culture juga memerlukan filtrasi yang kompleks seperti halnya nutrient film technique. Air dari tangki ikan harus disaring dari setiap limbah padat sebelum mencapai tanaman.
Akuaponik sistem deep water culture banyak diterapkan pada skala komersial yang besar karena biaya jauh lebih murah daripada sistem media beds.
Sistem ini memiliki stabilitas lingkungan yang lebih baik untuk tanaman maupun ikan seperti fluktuasi pH dan suhu air, karena adanya tambahan volume air yang digunakan pada kanal-kanal hidroponik tempat stereofoam/rak tanam berada.
Berikut gambar metode deep water culture atau rakit apung.


Senin, 10 April 2017

Sistem Aerasi Yang Benar Didalam Akuaponik

Tanaman, ikan dan bakteri pengurai membutuhkan oksigen terlarut (dissolve oxygen/DO) dalam jumlah yang cukup di dalam air untuk berfungsi dan berkembang dengan baik. Oksigen terlarut sangat penting dipertimbangkan pada saat membuat dan mengelola sistem akuaponik.
Tanaman menyerap nutrisi melalui akar dibantu dengan oksigen untuk ditransfer ke seluruh sel-sel akar. Maka penting untuk memastikan bahwa oksigen terlarut tersedia dalam jumlah yang mencukupi, sehingga penyerapan unsur hara oleh tanaman menjadi optimal. Meningkatkan jumlah oksigen terlarut, khususnya di zona akar tanaman tidak hanya dapat memberikan kondisi yang lebih baik untuk penyerapan nutrisi, tetapi juga membantu meminimalkan bakteri patogen yang dapat mengganggu kesehatan tanaman.
Kebutuhan ikan untuk mendapatkan oksigen (dikenal dengan respirasi melalui insang) dalam jumlah yang diperlukan bervariasi tergantung pada spesies ikan tersebut. Pada umumya, ikan yang hidup pada air dangkal/permukaan membutuhkan oksigen dalam jumlah yang lebih tinggi daripada ikan yang hidup pada air yang dalam (demersal). Ikan air dangkal membutuhkan oksiger terlarut sebesar 5-15 mg/liter, sedangkan ikan demersal termasuk jenis tiram dan kepiting membutuhkan oksigen terlarut sebesar 1-5 mg/liter. Dan bakteri pengurai yang merupakan jantung dari sistem akuaponik memerlukan tingkat oksigen terlarut yang memadai yang sama dengan ikan, tumbuhan maupun manusia. Bakteri pengurai (bakteri nitrifikasi) memperoleh energi untuk hidup dari kombinasi oksigen dan nitrogen dalam jumlah yang optimal.
Kebutuhan oksigen terlarut bagi bakteri nitrifikasi yang digunakan untuk merubah zat-zat beracun, seperti amonia menjadi nitrat harus diantara 4-8 mg/liter. Jika tingkat kelarutan oksigen mengalami penurunan dibawah 2 mg/liter, maka proses nitrifikasi akan terhenti dan menyebabkan kondisi yang beracun pada sistem hingga terjadi kegagalan.
Mempertahankan tingkat optimal kelarutan oksigen didalam aplikasi akuaponik sangat penting disamping variabel lainnya seperti, tingkat pH, suhu dan salinitas agar sistem akuaponik dapat berjalan berkesinambungan. Harus dipertimbangkan juga pemilihan perangkat aerasi yang tepat.
Apabila air didalam kolam ikan memiliki tingkat oksigen terlarut 5 mg/liter atau lebih, berarti baik. Jika air yang berada di kanal hidroponik pada sistem akuaponik metode deep water culture maupun sistem akuaponik media base memiliki tingkat kelarutan oksigen 4 mg/liter atau lebih, berarti baik. Jika air yang mengalir melalui kanal hidroponik maupun bak media base memiliki laju aliran (water flow rate) minimal 19-20 liter/menit, juga berarti baik.

Jika sistem akuaponik memiliki tingkat kelarutan oksigen lebih tinggi atau jauh lebih tinggi dari nilai-nilai yang disebutkan diatas, maka tagihan listrik akan terlalu banyak. Maka, tingkat kelarutan oksigen seharusnya disesuaikan agar tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit.

Tingkat kelarutan oksigen didalam sistem saling berhubungan atau saling bergantung dengan laju aliran air. Jika aerasi yang ditempatkan pada sistem berlebihan dan menempatkan pompa air dengan kapasitas yang lebih besar daripada yang diperlukan, maka akan menanggung beban tambahan biaya energi listrik.
Penting juga diperhatikan bahwa, sayuran dan ikan didalam sistem akuaponik membutuhkan lebih banyak aerasi pada kondisi suhu air yang lebih tinggi dan kurang dalam suhu air yang lebih rendah. Air dingin menyerap oksigen lebih mudah dan bertahan lama dalam tingkat kelarutannya dalam air. Sedangkan air hangat/panas menyerap oksigen lebih sulit dan bertahan lebih singkat dalam tingkat kelarutannya.
Metabolisme ikan lebih cepat didalam air hangat dan membutuhkan lebih banyak oksigen, sebaliknya lebih lambat didalam air dingin dan membutuhkan oksigen lebih sedikit.
Ada lima faktor yang saling mempengaruhi kapan dan bagaimana memberikan aerasi yang tepat didalam sistem. Pertama, jumlah dan tempat/lokasi aerasi (batu gelembung) yang ditempatkan pada tangki ikan. Kedua, jumlah dan tempat/lokasi aerasi (batu gelembung) pada kanal hidroponik untuk sistem akuaponik metode tanam deep water culture. Ketiga, laju aliran air (water flow rate) pada kanal deep water culture. Keempat, panjang kanal deep water culture. Kelima, suhu air. Gambar dibawah ini berbagai jenis aerator yang digunakan didalam sistem akuaponik.

Blower Untuk Kolam Besar

sistem aerasi yang benar didalam akuaponik

Aerator Untuk Kolam Sedang


Aerator Untuk Kolam Kecil


Contoh Gelembung Udara Di Dalam Air
Menggunakan Difusser Atau Batu Gelembung


Gunakan Dissolve Oxygen Meter untuk mengukur tingkat kelarutan oksigen didalam sistem akuaponik. Sebagai contoh, oksigen terlarut didalam tangki ikan nila 7 atau 8 mg/liter ini berarti sangat baik, 6 mg/liter berarti baik, 5 mg/liter berarti layak, 4 mg/liter dapat diterima tetapi tidak besar, 3 mg/liter menjadi masalah dan harus dicari penyebabnya, 2 mg/liter terdapat masalah dan harus diperbaiki saat itu juga, 1 mg/liter ikan menjadi sekarat dan harus diperbaiki saat itu juga.

Minggu, 09 April 2017

Sistem Filtrasi Yang Benar Didalam Akuaponik

Filter sangat diperlukan didalam sistem akuaponik untuk menghilangkan atau mengurangi limbah ikan, agar limbah ikan tidak menimbulkan ekses negatif di dalam sistem, seperti tersumbatnya aliran air, akumulasi limbah ikan di dalam sistem dapat menimbulkan kondisi anaerob dan akar tanaman dapat terlapisi limbah ikan sehingga tanaman kesulitan untuk menyerap nutrisi dan oksigen dan lain sebagainya. Padatan ikan dikurangi oleh filter dan air yang mengalir kembali ke kolam ikan menjadi jernih dan layak huni bagi ikan.
Beberapa jenis ikan dapat hidup di dalam kondisi air yang keruh atau kotor, seperti ikan lele dan sejenisnya, akan tetapi semua ikan tidak dapat bertahan apabila di dalam air kotor tersebut mengandung penyakit.
Jadi, semua organisme yang dibutuhkan di dalam akuaponik : ikan, tanaman maupun bakteri pengurai membutuhkan beberapa sistem filtrasi agar dapat hidup sehat tanpa resiko terkena penyakit.

Bagaimanakah Seharusnya Sistem Filtrasi Yang Baik Didalam Akuaponik?
Di dalam sistem akuaponik yang berbasis media dimana bak tanam penuh berisi media seperti : kerikil, hidroton, pecahan genting dan lain-lain dapat berfungsi sebagai mekanisme bio filtrasi yang utama. Bak penuh media tersebut menjadi metode filtrasi utama dan melakukan fungsi yang cukup baik di dalam mengeliminasi padatan ikan, kecuali tingkat padatan ikan dibuat lebih tinggi dari nilai aman, akan membutuhkan filter tambahan. Pembahasan mengenai rasio tingkat kepadatan ikan dapat dilihat pada artikel lainnya.

Kualitas air akan menjadi masalah ketika ada penambahan ikan yang melebihi kapasitas filtrasi didalam sistem. Pada awalnya, kotoran ikan tidak terlihat menumpuk karena ikan masih kecil. Pada waktu ikan mulai besar, maka kualitas air menjadi kurang jelas. Banyak partikel-partikel kecil kotoran ikan melayang-layang di dalam tangki ikan.
Aturan praktis di dalam menjaga kesehatan lingkungan sistem adalah menyesuaikan tingkat densitas ikan dengan tingkat filtrasi. Apabila bak tanam berbasis media berukuran kecil dan hanya satu-satunya mekanisme filtrasi utama, maka perlu untuk mengurangi beban ikan atau meningkatkan/menambah sistem filtrasi. Menambah sistem filtrasi dapat dilakukan dengan menambah filter luar atau menambah bak tanam berbasis media ekstra.
 Limbah ikan, bahan-bahan organik lainnya dan ganggang yang tumbuh di dalam sistem jika dibiarkan menumpuk akan mempengaruhi tingkat oksigen terlarut (Dissolve Oxygen) di dalam sistem, terutama di dalam tangki ikan. Seluruh limbah/bahan organik tersebut akan menghasilkan karbon dioksida dan amonia. Apabila terjadi penumpukan limbah/bahan organik yang mati di dalam tangki ikan dan dibiarkan terus-menerus, maka akan terurai secara anaerobik (kondisi tanpa oksigen) dan akan menghasilkan gas metana dan hidrogen sulfida, dimana gas tersebut akan meracuni kondisi lingkungan akuaponik. Jadi beberapa proses pemeliharaan dan kontrol kualitas air diperlukan apabila tingkat densitas ikan di dalam sistem akuaponik terlalu tinggi.
Dianjurkan kepadatan tebar ikan yang sesuai agar beban sistem tidak berat. Pada dasarnya sistem akuaponik dibangun untuk menjaga keseimbangan dalam keharmonisan, seperti ekosistem yang terdapat di alam lingkungan sekitar. 
Di dalam sistem akuaponik metode tanam Deep Water Culture (rakit apung), Nutrient Film Technique maupun Deep Flow Technique, filter sangat mutlak diperlukan. Metode tanam tersebut umumnya diaplikasikan pada sistem akuaponik skala komersial yang besar dimana tingkat kepadatan ikan dibuat tinggi atau sangat tinggi untuk tujuan ekonomis. Rangkaian/urut-urutan  filter untuk metode-metode tanam tersebut adalah : filter pemisah/penangkap padatan ikan (settling tank), biofilter dan degassing filter (filter mineralisasi). Jenis-jenis filter pemisah/penangkap padatan ikan adalah : clarifier filter, swirl filter dan radial flow filter. Berikut ini adalah gambar-gambar berbagai macam filter tersebut :

sistem filtrasi yang benar didalam akuaponik

Berapa Banyak Padatan Ikan Yang Harus Dikeluarkan Didalam Sistem Akuaponik?

Menghapus semua padatan ikan dalam sistem akuaponik adalah suatu pekerjaan yang menyita waktu, kecuali memakai filter yang mahal dan canggih. Didalam sistem akuaponik tidak perlu semua padatan ikan dibuang seluruhnya. Sebagian padatan ikan harus terdekomposisi oleh bakteri pengurai, agar dapat digunakan sebagai nutrisi untuk pertumbuhan tanaman. Nutrisi penting untuk pertumbuhan tanaman tersebut dirilis ke air yang disebut sebagai proses mineralisasi. Mineralisasi adalah esensi dari pertumbuhan tanaman. Jika semua padatan ikan dihapus/dihilangkan dalam sistem, maka disebut sebagai budidaya tanpa nutrisi dan bukanlah sistem akuaponik. Apabila demikian, tumbuhan memerlukan nutrisi eksternal karena tanpa adanya padatan ikan untuk proses mineralisasi. Suplementasi nutrisi lebih diperlukan. Hal ini tentunya akan menambah biaya operasional dan meningkatkan kompleksitas pengelolaan sistem akuaponik. Akuaponik adalah suatu sistem dimana banyak sekali yang belum sepenuhnya memahami atau mengerti. Keseimbangan menjaga kesehatan ikan dan pertumbuhan tanaman adalah penting. Air bersih di dalam sistem sangat penting dan begitu pula nutrisi yang terperangkap didalamnya.
 

Copyright © 2009 by akuaponik, aquaponik, hidroponik, akuakultur, ikan, sayuran, pertanian, perkebunan